Kamis, 24 Mei 2012

Pelangi



Pelangi atau bianglala adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras. 


Pelangi terbentuk dari pembiasan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan cahaya polikromatik (terdiri dari banyak warna). Warna putih cahaya matahari sebenarnya adalah gabungan dari berbagai cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Mata manusia sanggup mencerap paling tidak tujuh warna yang dikandung cahaya matahari, yang akan terlihat pada pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut spektrum. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu sisi dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.

Pesawat Sederhana


Bagaimana rasanya jika kita menimba air dari sumur tanpa menggunakan katrol? Tentunya kita akan cepat merasa leleah karena harus menarik tali timba untuk mendapatkan air. bandengkan menimba air dengan menggunakan katrol! Apakah katrol meringankan kerja kita saat menimba? Bagaimana perbandingan tenaga yang dibutuhkan untuk meniba dengan menggunakan katrol dan tidak menggunakan katrol? Tentunya kerja kita akan terasa labih ringan sehingga dapat menghemat energi dan tidak cepat merasa lelah. Hal ini dikarenakan katrol merupakan pesawat sederhana.

Pesawat sederhana adalah alat mekanik yang dapat mengubah arah atau besaran dari suatu gaya. Secara umum, alat-alat ini bisa disebut sebagai mekanisme paling sederhana yang memanfaatkan keuntungan mekanik untuk menggandakan gaya. Sebuah pesawat sederhana menggunakan satu gaya kerja untuk bekerja melawan satu gaya beban. Dengan mengabaikan gaya gesek yang timbul, maka kerja yang dilakukan oleh beban besarnya akan sama dengan kerja yang dilakukan pada beban.

Kerja yang timbul adalah hasil gaya dan jarak. Jumlah kerja yang dibutuhkan untuk mencapai sesuatu bersifat konstan, walaupun demikian jumlah gaya yang dibutuhkan untuk mencapai hal ini dapat dikurangi dengan menerapkan gaya yang lebih sedikit terhadap jarak yang lebih jauh. Dengan kata lain, peningkatan jarak akan mengurangi gaya yang dibutuhkan. Rasio antara gaya yang diberikan dengan gaya yang dihasilkan disebut keuntungan mekanik.

Sabtu, 12 Mei 2012

Al-Qur'an dan Sains : Angin dan Penyerbukan




Zaman dahulu, orang-orang mengira bahwa tumbuh-tumbuhan yang hidup di tengah padang pasir, adalah merupakan tanaman ‘syaitan’. Mereka mengatakan demikian, karena kebodohan pada saat itu masih menguasai cara pandang dan fikiran mereka.

Namun berkat kemajuan ilmu pengetahuan, orang-orang mulai mengetahui proses pertumbuhan berbagai macam tanaman. Dan berdasarkan penelitan yang mereka lakukan, mereka mendapatkan bahwa setiap proses pertumbuhan didahului oleh berbagai proses kehidupan yang mempunyai dasar-dasar yang dapat dibuktikan secara ilmiah.

Sebagaimana manusia dan binatang, pada dunia tumbuh-tumbuhan juga terdapat tanaman ‘jantan’ dan tanaman ‘betina’. Tanaman jantan (yang memiliki bagian batang tubuh yang mencirikannya sebagai tanaman jantan) berlaku sebagai ‘kelamin jantan’ yang biasanya terkumpul dalam kelopak tepungsari dengan cara tertentu.

Sedangkan tanaman betina (yang memiliki bagian tubuh yang mencirikannya sebagai tanaman betina) berlaku sebagai ‘kelamin betina’ yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang berkelamin ganda, di mana ia memiliki bagian batang tubuh jantan dan betina.

Biasanya batang tubuh jantan, terletak di atas batang tubuh betina. Agar proses perkawinan antara serbuk jantan dan betina terjadi, maka serbuk jantan itu harus disatukan dengan serbuk betinanya sehingga tercipta apa yang dinamakan dengan ‘penyerbukan’. Bagaimana cara penyerbukan ini?

Jumat, 11 Mei 2012

Sains dalam Sajak


Sains Dalam Sajak

Khrisna Pabichara

Jika pengertian sajak atau puisi adalah karangan terikat yang mementingkan irama, larik, dan rima, seperti ditasbihkan Jus Badudu dan Sutan Muhammad Zein (1994) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, maka Atik Bintoro telah berhasil meracik sajak-sajaknya dalam Rimba Dalam Sains sehingga bisa dinikmati sebagai buah olah bahasa yang ’lezat’ dan ’nikmat’.

Sejatinya, sajak ditulis untuk dinikmati lewat tarian mata dan dipahami lewat kajian rasa. Pendapat seperti ini banyak dinyatakan para sarjana sastra, para kritikus, bahkan para penyair sendiri. Mereka melihat sajak dari banyak sudut pandang. Mereka dibekali rupa-rupa teori yang mendukung sudut pandang itu. Sementara, saya tidak termasuk bagian dari golongan itu. Bagi saya, sajak ditulis untuk dinikmati. Karena itu, saya bersentuhan dengan sajak sebagai penikmat, bukan selaku penafsir atau pemaham. Begitulah yang coba saya lakukan dalam menyelami sajak-sajak Atik Bintoro, yang kerap disapa Paman Atek oleh rekan-rekan milis dan komunitas sastranya.

Paman Atek adalah seorang yang sibuk bergelut dengan desain roket, misil, dan satelit dalam rutinitas sehari-hari selaku peneliti di LAPAN. Rumus-rumus kimia dan matematika menjadi sarapan pagi bagi pria kelahiran Banyuwangi ini. Namun, kesibukan itu tidak berarti mematikan birahi menulisnya. Setidaknya berdasarkan pengakuan sendiri, dalam sehari Paman Atek selalu berusaha menulis satu sajak. Paman Atek sudah merasakan nikmatnya menulis sajak, baik sebagai terapi bagi kejenuhan karena pekerjaan, maupun sebagai penyalur bakat dan kreativitas seninya.

Menikmati sajak-sajak Paman Atek bisa dengan mata telanjang, bisa juga dengan mata hati. Ada beberapa puisi yang ditulis lugas dengan bahasa sederhana, bahasa percakapan sehari-hari yang tidak perlu memaksa kita membuka-buka kamus dan mencari arti suatu kata. Namun, ada juga beberapa sajak yang memaksa saya mencari makna katanya dalam kamus karena saya tidak akrab dengan bahasa-bahasa kimia, fisika, dan matematika yang dipindahkan dengan cara ’indah’ dan ’luar biasa’ oleh Paman Atek ke dalam sajak-sajaknya.

Rabu, 18 April 2012

Pendidikan Karakter : Sebuah Perjalanan


"... mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, ... ."

Begitulah tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Untuk mencapai salah satu tujuan bangsa Indonesia seperti yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dapat diwujudkan apabila seluruh rakyatnya, terlebih para aparat dan pejabatnya bukan cerdas secara intelektual saja, tapi juga cerdas dalam bersikap dan bertindak. Hal tersebut berkaitan dengan Hati dan emosi [karakter] serta Skills [keahlian di bidangnya]. Secara tersirat dalam pembukaan UUD 1945 terkandung amanah pendidikan karakter.

Pendidikan Sebenarnya

Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI)

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”

“Dari Indonesia,” jawab saya.

Dia pun tersenyum.

ShareThis